1.Diksi
Pengertian
Diksi
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, diksi berarti "pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
(seperti yang diharapkan)”. Sedangkan menurut Wikipedia pengertian diksi adalah
sebagai berikut:
1.
Diksi merupakan pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara.
2.
Diksi merupakan seni berbicara yang
jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami. Pengertian ini
membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi dapat pula diartikan pilihan
kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di
depan umum atau dalam karang mengarang (Kridalaksana, 1982: 35). Diksi bukan
hanya berarti pilih-memilih kata. Istilah ini bukan saja digunakan untuk
menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan
gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.
Diksi atau pilihan kata mencakup
pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan,
bagaimana membentuk pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya mana yang paling baik digunakan dalam
suatu situasi. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh
penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Makna
Kata
Makna sebuah kata atau sebuah
kalimat merupakan makna yg tidak selalu berdiri sendiri.
Adapun makna kata terbagi atas
beberapa kelompok yaitu :
1.
Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna yang
lugas yang menyampaikan sesuatu secara faktual. Makna denotative tidak akan
mengalami perubahan makna. Makna konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya,
yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami
penambahan.
Makna konotatif selalu berubah dari
zaman ke zaman. Contoh: Kata kurus pd contoh di atas bermakna konotatif netral,
artinya tdk memiliki nilai rasa yg mengenakkan, tetapi kata ramping bersinonim
dg kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai yg mengenakkan. Orang akan
senang bila dikatakan ramping.
2. Makna Umum dan Makna Khusus
Kata umum adalah kata yang
cakupannya lebih luas. Kata khusus adalah kata yang memiliki cakupan yang lebih sempit atau khusus. Misalnya bunga
termasuk kata umum, sedangkan kata khusus dari bunga adalah mawar, melati ,
anggrek.
3. Makna Leksikal dan makna Gramatikal
Makna Leksikal adalah makna yang
sesuai dengan hasil observasi alat indera atau
makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan.
Contoh: Kata nyamuk, makna
leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit.
Makna Gramatikal adalah untuk
menyatakan makna jamak bahasa Indonesia, menggunakan pengulangan kata, seperti
kata: meja yg bermakna “sebuah buku,” menjadi meja-meja yang bermakna “‘ banyak meja.”
4. Makna Peribahasa
Makna pribahasa adalah makna yang
bersifat memperbandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan
nama perumpamaan.
Contoh: Bagai, bak, laksana dan
umpama lazim digunakan dl peribahasa.
5. Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah kataataupun
kalimat yg tidak mengandung arti yang
sebenarnya. Contoh: raja siang, bermakna mathari.
6. Kata Konkrit dan Kata Abstrak
Kata konkrit adalah kata yang dapat
diserap oleh panca indra. Misalnya meja, air, dan suara. Sedangkan kata abstrak
adalah kata yang sulit diserap oleh panca indra. Misalnya kemerdekaan,
kebebasan.
Macam-macam
Diksi
Diksi terdiri dari delapan elemen
yaitu :
·
fonem
·
Silabel
·
Konjungsi
·
Hubungan
·
kata benda
·
kata kerja
·
infleksi
·
uterans.
Macam
macam hubungan makna
1. Sinonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim sebagai
ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih
sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan jelek, mati dan wafat.
2. Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya dianggap
kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus berantonim dengan kata
buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
3.
Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki makna
lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari leher ke
atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu yang terletak
di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala meja,dan kepala kereta
api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, kepala paku dan
kepala jarum dan Iain-lain.
4. Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain,
sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah
hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
5. Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
6. Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda arti.
7. Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya berbeda.
8. Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan artinya
berbeda.
Sumber:
2.
Kalmat Efektif
Pengertian
kalimat efektif: adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang
disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.
Ciri-ciri kalimat efektif:
- Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi
unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek dan keterangan. Di dalam kalimat
efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Amara pergi ke sekolah, kemudian
Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak efektif)
Amara pergi ke sekolah, kemudian
kerumah temannya untuk belajar. (efektif)
2. Kecermatan dalam Pemilihan
dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan
sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda)
Contoh:
Mahasiswi perguruan tinggi yang
terkenal itu mendapatkan hadiah (tidak efektif)
Mahasiswi yang kuliah di perguruan
tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah. (efektif)
3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif
maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang di
anggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak
ikut belajar bersama belajar di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut
belajar bersama di rumahku. (efektif)
4. Kelogisan
Bahwa ide kalimat itu dapat dengan
mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami
teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan
acara ini. (efektif)
5.Kesatuan atau Kepaduan
Maksudnya adalah kepaduan pernyataan
dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan
kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian
orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
Sumber :
http://dayintapinasthika.wordpress.com/2013/01/02/contoh-kalimat-efektif-dan-kalimat-tidak-efektif/
3.KALIMAT TURUNAN
Secara umum,
pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang
ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk
melengkapi aturan tersebut.
Jenis imbuhan
Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
a. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
b. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan –nya
2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
a. ber-an dan ber-i
b. di-kan dan di-i
c. diper-kan dan diper-i
d. ke-an dan ke-i
e. me-kan dan me-i
f. memper-kan dan memper-i
g. pe-an dan pe-i
h. per-an dan per-i
i. se-nya
j. ter-kan dan ter-i
3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
a. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
b. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.
Awalan me-
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh:
me- + luluh → meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh:
me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas
+ i → memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh:
me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h.
Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias →
menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom →
mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.
Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:
1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu →
menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me-
+ klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara
sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.
Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:
1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)
sumber:
http://anjarpras.blogspot.com/2011/10/kalimat-efektif.html
4. Tulisan
“Honda
CB 100 berubah Menjadi CB Vtwin 400cc”
Honda CB 100
identik dengan motor klasik/motor tua kan?? tp jgn di salah,,,
"body/casing boleh klasik, tp tenaga bisa bersaing sama motor-motor muda
atau motor-motor baru...."
Saya kelahiran Jakarta dan tinggal
sekitar daerah puncak bogor. Berawal dari seorang ayah pengguna motor Honda CB,
akhirnya sayapun tertarik untuk mempunyai motor CB yang identic dengan motor
tua. Dan akhirnya saya pun menggunakan
sepeda motor Honda CB 100 th 1979. Selain digunakan untuk touring, motor tua ku
ini juga selalu mengantarkan aku kuliah ke kampus dengan jarak yang lumayan.
Karena rumah ku di puncak dan kampus ku di depok, hehehehe lumayan bukan?
Tetapi biarpun motor CB ku tua,
akan tetapi motor ini tangguh dan tidak kalah sehat atau kalah kenceng sama
motor muda. Buktinya bisa dipakai pulang
pergi puncak-depok kan. Dan kekeluargaan motor tua pun sangat erat, bahkan bisa
melebihi keluarga sendiri. Jadi bisa di bilang banya positif nya.
Dengan berjalannya waktu, dan
berawal dari hobby motor tua dan hobby touring dengan keceatan tinggi,
akhirnya aku membeli lagi sebuah motor
CB th 1975, yang kemudian aku rubah atau
diodifkasi menjadi 400cc, Bagian yang sudah dirubah meliputi bagian roda,
bagian body, kaki-kaki, dan tentunya mesinnya yang tadinya satu silnder berubah
menjadi 2 silinder (V-twin).
Honda CB Vtwin 400cc ku ini adalah
buatan tangan temanku sendiri yang bernama M.Yusuf dan bertempat tinggal di
Purwokerto (Jateng) , dan ini merupakan salah satu karya anak bangsa yang harus
di hargai dan di acungi jempol.
Tapi walaupun kecepatan motor ku
ini sudah 400cc. tapi, suspensi stabil seperti buatan pabrik. Jadi untuk
kawan-kawan yang ingin mempunyai motor dengan kecepatan tinggi, tidak perlu
memaksakan membeli moge alias motor gede juga kan??? Dan mungkin hanya sebagian
atau beberapa orang saja yang bisa memiliki moge tersebut, karena ya harganya
memang mahal.
Dan akhirnya dengan motor tua ini,
“Hobby dan kekeluargaan menjadi satu” dan mempunyai slogan yang berbunyi “CB
Menyatukan Nusantara”. Karena pengguna motor tua ini terdiri dari berbagai
suku, yang terpisah antar daerah, antar pulau dan lainnya. Tetapi kita semua
tetap satu keluarga dan mempunyai aktivitas rutin paling lama 1 bulan sekali
membuat acara. Jadi perbedaan daerah atau tempat tinggal tidak menjadi masalah
karena aktivitas rutn tersebut.
By: Pijar Muharam ( Pijar CB)